Griven H. Putera
Bersiap di Syakban
Menurut hitungan kalender, hari ini sudah 12 Sya’ban/Syakban. Artinya tinggal beberapa pekan lagi akan masuk bulan Ramadhan. Pada bulan ini ada doa yang selalu dilantunkan Rasulullah Saw dan kaum muslimin, yaitu: Allahumma barik lana fi Rajaba wa Sya’ban, wa ballighna Ramadhan. (Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan Syakban, dan sampaikan umur kami pada bulan Ramadhan).
Kenapa
Rasulullah selalu mengucapkan doa tersebut? Zalika syahrun yaghfulu
al-nasa ‘anhu baina rajaba wa ramadhan. (Karena pada bulan itu manusia
lalai memperhatikannya. Bulan tersebut adalah yang berada di antara Rajab dan
Ramadhan).
Bulan
Ramadhan diperhatikan dan dimuliakan manusia karena pada saat itu ada sebuah
bonus istimewa dari Allah Swt. yaitu diturunkan Lailat al-Qadar.
Mukmin yang beribadah pada saat itu sama dengan beribadah selama seribu bulan, bahkan lebih daripada
itu. Rajab diagungkan
karena bulan tersebut termasuk syahr al-haram (bulan mulia),
pada bulan tersebut turunnya perintah shalat wajib setelah Rasulullah Saw.
melakukan rihlah akbar Isra dan Mikraj. Sementara bulan Syakban dimuliakan,
karena Rasulullah Saw. bersabda, “Wa huwa syahrun turfa’u fiihi
al-a’malu, wa uhibbu an yurfa’a ‘amali wa ‘amali shaim”. (Pada bulan itu
diangkat amalan, dan aku mencintai Allah Swt mengangkat amalanku dan amal orang
yang berpuasa).
“Sesungguhnya Allah memperhatikan malam pertengahan
Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan orang
yang bermusuhan. ”Pada saat itu semua
dosa hamba yang beribadah diampuni kecuali;fayaghfiru lijami’i khalqihi illa
limusyrikin wa musyahin. (Semua dosa diampuni kecuali dosa musyrik dan dosa
orang yang tidak mau berdamai dengan orang lain).
Ada
beberapa persiapan yang sejatinya dilakukan hamba pada Syakban demi menyambut
kedatangan Ramadhan. Di antaranya: pertama melakukan muhasabah
(perenungan diri). Seorang mukmin yang baik hendaknya menyediakan suatu waktu
di mana ia menyendiri (berkontemplasi); mengaji diri; siapa dia; dari mana ia
berasal; sedang di mana kini; dan akan kemana nanti. Kalau ia seorang hamba
Allah, sudahkah semua kehendak Allah dilakukan dalam hidupnya selama ini.
Jangan-jangan ia telah berubah menjadi hamba dunia, hamba nafsu, hamba setan,
hamba harta, budak jabatan, budak atasan atau hamba istri dan anaknya. Jika itu
terjadi, menyesallah.
Kedua, lakukan taubat nasuha. Sesali kekhilafan, kesali dan tangisi
kesalahan dan semua dosa yang pernah dilakukan. Setelah itu ucapkan
banyak-banyak kalimat istighfar (Astaghfirullah a-‘ aziem). Rasulullah Saw.
saja yang bebas dari dosa (al-ma’shum) melakukan istighfar 100 kali
sehari semalam, maka sebagai umatnya, tentulah dituntut lebih banyak lagi.
Setelah itu, bertekadlah dalam hati untuk tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut.
Taubat
atau tawbah (bahasa Arab) itu terdiri dari huruf T, W, B, H (ta marbuthah).
Menurut beberapa ulama, T itu merupakan tarku ‘an al-mukhalafat (meninggalkan
semua kesalahan) wa al-nadmu min al-zunubi (menyesali semua
kesalahan yang telah dilakukan). W: wushulu ila tha’atillah (melakukan
ketaatan kepada Allah). B: barakatillah (mendapat berkah
Allah). H: Hidayatullah. (menuai hidayah Allah). Artinya, orang
taubat adalah orang yang berusaha meninggalkan kebiasaan buruknya, menyesali
perangai tak baik yang pernah dilakukannya, kemudian ia pun melakukan ketaatan
kepada perintah Allah dan rasul-Nya. Selanjutnya ia akan menerima berkah Allah
dan mendapat hidayah-Nya.
Ketiga, perbaiki hubungan dengan sesama manusia. Islam ini intinya
adalah agama yang mendorong umat manusia hidup rukun dan damai dalam
kebersamaan. Pada bulan Syakban jangan ragu minta maaf dan memaafkan kepada
orang tua, tetangga, karib kerabat, sanak saudara, handai taulan, bawahan dan
atasan. Jalin silaturrahim dengan sesama manusia. “La yadkhul al-jannah
qathi’u al- rahmi wa jaru al- su,i”. (Tidak masuk syurga manusia yang
memutuskan tali silaturrahim dan tetangga yang jahat). Dalam tradisi Melayu,
terjadi jenguk menjenguk sanak keluarga di bulan Syakban, biasanya usai
melaksanakan petang megang di petang terakhir Syakban, sebelum melakukan ibadah
puasa. Yang muda mengunjungi rumah yang tua, sang adik bertamu ke rumah kakak
atau abangnya, hamba rakyat bersilaturrahim ke rumah para tetua adat, tokoh
agama, dan peneraju lembaga pemerintahan. Memutihkan hati demi menyambut bulan
putih (Ramadhan). Ini merupakan implementasi orang Melayu dalam memahami hadits
di atas.
Keempat, bagi yang kurang sehat fisiknya, di pengujung Syakban
mengurangi aktivitas berlebihan, agar ketika masa Ramadhan tiba, ia mampu
melakukan puasa di siang hari dan kuasa mendirikan shalat tarawih serta ibadah
lainnya ketika malam.
Kelima, mempersiapkan Alquran. Sebagai kitab suci umat Islam,
sejatinya muslim memiliki Alquran baru setiap tahunnya. Kaum muslim biasanya
akan membeli baju baru, mengecat rumahnya dengan warna baru, kalau perlu
membeli mobil baru di penghujung Ramadhan, tapi sebagian mereka lupa pada
Alquran dengan corak dan kelengkapan baru yang lebih sempurna. Lebih baiknya,
Alquran baru tersebut ada petunjuk membacanya, baik dari segi tajwid, seni
maupun makna dan tafsirannya. Bagaimana Alquran jadi pedoman dan petunjuk
kehidupan, sementara isi kandungannya tidak diketahui dan dipahami. Jika merasa
kesulitan membawa Alquran besar, maka Alquran digital menjadi solusi terbaik.
Isilah handphone dan gadget dengan versi Alquran dari berbagai ragam seni
bacaan dan tafsirannya yang diakui ijmak ulama. Yang terpenting lagi
adalah bagaimana memperbaharui tersus menerus pengalaman nilai Alquran dalam
kehidupan ini.
Keenam, mengqadha puasa yang luput di tahun lalu. “Man mata wa
‘alaihi shiyamun, shama ‘anhu waliyyuhu.” (Orang yang telah meninggal dunia
dan ia punya utang puasa, maka keluarganya yang membayarnya). Jadi, bagi yang
belum mengqadha puasa yang tidak dilaksanakan pada Ramadhan lalu, maka pada
bulan Syakban ini merupakan masa tersisa untuk membayar utang tersebut karena
itu merupakan utang kepada Allah. Jika itu tak dibayar, dan ia meninggal dunia,
maka utang itu dibebankan kepada ahli warisnya.
Ketujuh, mengetahui seluk beluk Ramadhan. Memiliki buku atau kitab tentang Ramadhan
merupakan hal yang mustahak dilakukan. Mengetahui apa itu puasa, apa amalan
utama serta pantang larang yang dilakukan selama Ramadhan. Mulai metode zikir,
cara bertarawih yang baik dan benar serta mengetahui pentingnya sahur serta
amalan-amalan sunat lainnya.
Kedelapan, mempersiapkan logistik berlebih sebagai stok selama Ramadhan.
Persiapan lebih ini bukan hanya untuk pribadi dan keluarga tapi untuk dibagi
bersama saudara seiman dan se-iktikad selama bulan Ramadhan. Berbagi perbukaan
puasa saja demikian besar ganjarannya apalagi membantu biaya kehidupan yang
lebih besar. “Man fatthara shaiman kana lahu mistlu ajrihi.” (Orang yang
memberi perbukaan bagi yang puasa, ganjarannya sama dengan orang yang puasa
tersebut).
Sembilan, sebagai seorang muslim-mukmin yang jati, kaum muslim mulai
saat Syakban ini sejatinya telah melakukan survey kecil-kecilan bagi saudara
dan tetangganya yang memerlukan bantuan. Ia jenguk kaum miskin di kampung
kumuh dan panti jompo, ia tengok saudara sesama muslim di rumah sakit,
melakukan ziarah ke pusara ayah-bunda dan sanak keluarga yang telah berpulang
ke rahmatullah. Dengan melakukan itu semua, hati menjadi peka, menjadi lembut (lathif dan hanif),
sehingga ia pun mulai mengulurkan pertolongan. Ketika nanti Ramadhan tiba,
uluran bantuan tersebut pun makin berlimpah sehingga jadilah ia sebagai mukmin
yang insan al-kamil, manusia yang memperoleh award berupa muttaqin. Kehadirannya
dinantikan, kepergiannya ditangiskan. Di dunia bahagia, balik ke alam baka
dalam naungan ridha Allah Swt.
Wallahu ‘alam.
(Tulisan ini pernah dipublikasikan di lamanriau.com pada 26/03/2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar