Griven H. Putera
Shalat
dan Kehidupan
Shalat merupakan rukun kedua dalam Islam. Begitu
pentingnya ibadah ini bagi seorang muslim, maka perintah ini dijemput langsung
oleh Nabi Muhammad Saw ke Sidrat al-Mmuntaha
saat melaksanakan israk dan mikraj. Dan pristiwa israk dan mikraj ini merupakan
kejadian luar biasa (khariq al-‘adah)
yang hanya pernah dilaksanakan oleh seorang manusia paling mulia di muka bumi
yaitu nabi Muhammad Saw. Dan bagi seorang mukmin, shalat merupakan mikrajnya. Al-shalatu mikraj al-mukminin. Selain
menjadi sarana mikraj, shalat juga menjadi tiang dari agama. Al-shalatu ‘imad al-din. Betapa urgennya
tiang bagi sebuah bangunan. Shalat juga ibadah utama dan pertama yang dihitung
di hari kiamat, bahkan tidak diperhitungkan ibadah lain sebelum ibadah ini
dievaluasi oleh Ilahi. Inna awwala ma
yuhasabu bihi al-‘abd yaum al-qiyamah al-sholah. Dan sejatinya ibadah shalat
yang didirikan menjadi sarana untuk meminta pertolongan dari segala bentuk
kesulitan. Wasta’inu bi al-shabri wa-alshalata
innaha lakabiratun illa ‘ala al-khasyi’in. Serta mencegah seseorang agar
tidak melaksanakan perbuatan yang fakhsya
(keji) dan munkar (jahat). Inna al-shalata
tanha ‘an al-fakhsya i wa al-munkar.
Bagaimana caranya agar shalat itu bisa menjadi
sarana mikraj bagi seorang mukmin, menjadi tiang agama, menjadi senjata ampuh
untuk keluar dari berbagai persoalan, dan mencegah orang dari berbuat keji dan
munkar?
Sebelum mendirikan shalat, seseorang mesti bersuci
dari najis dan hadats, karena tidak sah shalat kalau tidak bersuci. Di antara
cara bersuci paling utama adalah dengan berwudhu’. Untuk itu sempurnakan wudhu’
sebelum mendirikan shalat. Kesempurnaan wudhu’ tersebut baik secara lahir
maupun bathin. Setelah berwudhu’ jangan lupa berdoa kepada Allah Swt, di
antaranya berbunyi: Asyhadu an la ilaha
illallah wahdahu la syarika lahu wa asyhadu anna Muhammdan ‘abduhu wa rasuluh,
allahummaj’alni min al-tawwabina, waj’alni min al-mutathahhrin, waj’alni min ‘ibadik
al-shalihin. “Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan tidak ada yang
menyekutukan bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad Saw adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang ahli taubat dan
jadikanlah aku orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang
yang saleh.”
Dari doa itu dapat diambil beberapa pemahaman, bahwa
sesudah bersuci, sebelum shalat rasul ajarkan agar pertama: bersyahadat dengan sungguh-sungguh bahwa Allah Swt semata
Tuhan yang hak untuk disembah, dan bersyahadat bahwa Nabi Muhammad Saw
benar-benar abdullah dan Rasulullah. Kedua,
bertaubat. Kata taubat secara sederhana bermakna kembali. Jika tersesat dalam perjalanan,
maka kembalilah ke pangkal jalan. Jika dalam hidup yang awalnya difitrahi Ilahi
untuk berbuat yang baik, benar, lurus dan prilaku terpuji lainnya, maka
kembalilah untuk melakukan yang terpuji itu. Jangan lagi mengulangi dan
meneruskan perjalanan yang gelap, suram dan sesat tersebut. Kembalilah kepada
nilai-nilai yang digariskan Ilahi dalam kehidupan. Kata taubat dapat juga
diartikan menyucikan diri dari penyakit-penyakit ruhani, seperti ujub, ria, sum’ah, takabur, hasad dan
penyakit rohani lainnya. Jadilah suci hati dari penyakit batin yang akan
merusak kekhusuyu’an shalat. Ketiga, waj’alni min al-mutahahhirin; sejatinya
juga membersihkan diri dari kekotoran-kekotoran zahir, seperti hadats dan
najis. Maka mandilah, berwudhu’lah, kenakan pakaian yang paling bersih, bagus
serta memakai wewangianlah sebelum mendirikan shalat.
Setelah suci, bersih dan wangi lahir dan batin, maka
yang keempat, yaitu melaksanakan buah
dari menyucikan diri lahir dan batin, yaitu waj’alni
min ‘ibadika al-shalihin: berprilakulah yang baik dan bermanfaat dalam
kehidupan. Saleh dapat bermakna sebagai
sesuatu yang baik atau sesuatu yang bermanfaat. Sesuatu yang baik dan
bermanfaat itu terbagi dua, ada yang hanya berlaku di dan untuk dunia, dan ada
pula yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Kebaikan untuk dunia dilakukan
atas dorongan naluri insaniah semata, dan itu dapat dilakukan oleh semua
manusia. Jadi saleh ini hanya saleh dunia. Sementara kebaikan untuk dunia dan
akhirat adalah atas dorongan perintah Ilahi dan dorongan rasa kemanusiaan itu
sendiri. Ini merupakan kebaikan yang dilakukan oleh seorang muslim mukmin yang
semua itu dinilai ibadah oleh Allah Swt, dan mendatang ganjaran pahala. Inilah
saleh yang sebenarnya, yaitu saleh dunia dan akhirat.
Begitu dahsyatnya doa sesudah berwudhu’ tersebut.
Dan semua nilai ideal, yaitu menjadi orang bertauhid, orang yang bertaubat
dengan sebenar taubat, menjadi orang yang suci sebenar suci, menjadi orang saleh
atau baik itu perlu diusahakan, tetapi pada intinya hanya Dia, yaitu Allah Swt jualah
yang punya hak prerogatif untuk menyucikan manusia secara lahir dan batin
karena Dialah Zat Yang Maha Suci, dan Dia jualah yang dapat menjadikan
seseorang menjadi saleh. Manusia itu pada hakikatnya lemah dan tak mampu
melakukan apa-apa. Untuk itulah maka setiap mukmin yang hendak mendirikan shalat
agar ia berdoa, dan menyerahkan diri
kepada Allah Swt.
Selain itu, seperti yang diisyaratkan dalam Alquran surat
al-Baqarah ayat 45-46, maka shalat sebagai sarana untuk mendapat pertolongan Ilahi
mesti dimulai dengan sikap sabar. Apa itu sabar? Sabar artinya menahan diri
dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Imam
Ghazali mendefinisikan sabar sebagai ketetapan hati melaksanakan tuntunan agama
menghadapi rayuan nafsu. Kemudian, apa itu shalat? Dari segi bahasa, shalat
adalah doa sedangkan dari segi pengertian syariat Islam adalah “Ucapan dan
perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat
juga mengandung pujian kepada Allah atas limpahan karunia-Nya, mengingat Allah
dan karunia-Nya mengantar seseorang untuk melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan-Nya serta membuatnya tabah dan sabar menerima cobaan dan tugas yang
berat saat menjadi khalifah fi al-ard.
Shalat tidak akan bermakna apa-apa kecuali bagi
orang yang khusyu’. Innaha lakabiratun
illa ‘ala al-khasyi’in. Dari redaksi ini terlihat, ternyata khusyu’ sudah
ada sebelum shalat. Lalu siapakah orang yang khusyuk itu? Allazina yazunnuna annahum mulaqu rabbihim wa annahum ilaihi raji’un:
yaitu orang-orang yakin bahwa mereka pasti menemui Tuhan mereka, dan mereka
yakin bahwa kepada-Nya mereka akan kembali. Tumbuhkan keyakinan dengan
sebenar-benar yakin bahwa kita akan menemui Tuhan dalam shalat, dan anggaplah
itu merupakan shalat terakhir dalam kehidupan ini, anggaplah setelah shalat ini
kita akan menemui ajal, karena, Iza
shollaita fasholli shalatal muwaddi’: maka apabila Engkau shalat, maka shalatlah
seperti shalat yang terakhir, demikian pesan Nabi Muhammad Saw kepada sahabat,
Abu Ayyub al-Anshory.
Oleh karena makna pengertian shalat adalah ucapan
dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam,
maka yang amat diperhatikan dalam shalat adalah takbir. Takbir secara sederhana
bermakna membesarkan, mengagungkan, maka besarkan dan agungkan Allah Swt. Bahwa
Dialah sumber dari segalanya. Tidak ada yang agung dan besar dalam hidup ini
kecuali Dia. La haula wala quwwata illa
billahi al-‘aliy al-‘azhim.
Lalu salam. Salam seakar katanya dengan Islam dan
muslim. Salam secara harfiah dapat juga bermakna menyerahkan diri, keselamatan
dan kesejahteraan. Setelah shalat didirikan, maka menjadi muslimlah, menjadilah
orang benar-benar menyerahkan diri secara total kepada Allah Swt, lakukan
perbuatan yang menebarkan Islam, yaitu
penuh kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan bagi alam semesta. Jadilah “Muhammad
kecil”, yaitu manusia yang selalu berusaha menebarkan rahmatan li al-‘alamin, manusia yang mencoba mengikuti manusia
panutan, yaitu mengikuti Nabi Muhammad Saw.
Wallahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar