Griven H. Putera
Sakit Hati?
Di dalam hati mereka
ada penyakit. “fi qulubihim maradh”.
Demikian Alquran menegaskan. Akan tetapi karena keadilan-Nya, kata nabi
Muhammad Saw; likulli da in, dawa un...
setiap penyakit ada obatnya.
Semua orang tak mau
sakit. Mereka ingin selalu sehat sepanjang waktu, akan tetapi sakit tak dapat
dielakkan, ia tetap akan terus datang,
datang dan datang karena tak ada arti rasa sehat kalau tak pernah merasa sakit.
Rasa sakit tetap akan ada selama alam dunia masih dicecah, selama bumi masih
dianjak dan langit sebagai payungnya.
Kebanyakan manusia sangat
risau dengan penyakit yang menimpanya, terutama penyakit lahiriah. Mereka akan
berusaha mengobatinya sehabis daya dan upaya. Tak berkira lagi dengan tenaga, waktu,
uang dan pengorbanan lainnya habis dan luncai demi kesembuhan. Mereka lupa ada
penyakit yang lebih berbahaya daripada sakit mata, sakit telinga, sakit perut,
sakit kepala dan berbagai macam penyakit lainnya, yang membuat mereka runsing
tak bertepi. Penyakit yang amat membahayakan itu adalah penyakit hati, yang
semestinya lebih mereka takuti dan risaukan, lebih mereka bersusah payah
mencari oabatnya daripada penyakit jasmani yang menimpa, karena sumber segala
penyakit jasmani itu sesungguhnya berasal dari hatinya, dari ruhaninya.
Kerisauan hati membuat
orang mengidap banyak penyakit lahiriyah. Lagi pula, penyakit lahir akan lenyap
ketika tubuh bersatu dengan tanah, ketika nyawa berpisah dari raga. Bahkan
penyakit lahiriah juga dapat menggugurkan dosa-dosa. Sebaliknya penyakit batin
atau penyakit hati akan terus menggerogoti manusia jika tak segera diobati walaupun
ia telah mati karena sakit itu akan berpengaruh bagi kehidupan selanjutnya.
Iyyakum wa al-hasad, fa innahu ya’kulu al-hasanat
kama ya’kulu al-nar al-khatab.
(HR. Abu Dawud). Jauhi sifat hasad karena sifat itu sesungguhnya memakan
kebaikan-kebaikan seperti api yang melahap kayu kering.
Tak ada arti kebaikan
yang pernah dilakukan ketika dalam diri dijangkiti penyakit ruhaniyah tersebut.
Semua prilaku baik akan terkikis. Semua akan luncai, licin bagaikan debu di
atas batu yang ditimpa hujan. Ia ‘kan hilang. Arang habis besi binasa. Berbuat
begitu banyak amal tapi tak bernilai apapun karena menyimpan penyakit berbahaya
yaitu al-hasad.
Apa obatnya?
Pertama,
mengingat-Nya. Ala bizikrillah tathmainn
al-qulub. (Q.S. 13: 28). Ingat,
dengan berzikir kepada Allah hati akan tenteram. Ayat ini berada dalam
surat al-Ra’d yang bermakna halilintar atau petir. Apa yang terbayang ketika
melihat atau mendengar petir menggelegar?
Apa itu zikir? Bisa
berarti menyebut dapat pula bermakna mengingat. Menyebut kalimat-kalimat yang
baik, seperti subhanallah, alhamdulillah,
allahu akabar, la ilaha illallah, dan lain-lain. Bagaimana mengingat Allah?
Di antaranya dengan mengingat zat-Nya, mengingat dan memahami kebesaran-Nya,
mengingat azab-Nya, mengingat nikmat-Nya.
Menurut para ulama, zikir dapat dilakukan dengan lidah juga bisa dengan
hati.
Kedua,
dengan berdoa, wazkur robbaka fi nafsika
tadharruan wakhifatan wa dun al-jahri minal qaul: bi ai-ghuduwwi wa al-ashal
wala takun min al-ghafilin... Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu
dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di
waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
(Q.S. 7: 205)
Bangunlah tengah malam.
Dirikan tahajjud. Sebelum itu lihat wajah anak dan istri dengan teliti.
Merenunglah. Apakah mereka telah sejahtera selama ini bersama kita dalam ridha-Nya?
Apakah kita akan bersatu kembali dengan mereka saat sudah kembali ke hadirat
Ilahi, atau kita bersama saat hidup di dunia ini semata? Berdoalah kepada Allah
agar diselamatkan di dunia dan akhirat. Berdoalah agar disembuhkan dari
penyakit hati, terutama hasad.
Ketiga,
bacalah Alquran karena ia juga disebut al-zikr/zikir.
Inna nahnu nazzalna al-zikra wa inna lahu
lahafizun: (Q.S. 15:9). Alquran itu merupakan obat yang paling mujarab. Wanunazzilu min al-qurani ma huwa syaifa un
warahmatun li al-mukminin wala yazidu al-zalimina illa khasara: "Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. 17: 82)
Keempat
perbanyak shalat. Karena kata para ulama, puncak zikir itu ada dalam
pelaksanaan ibadah shalat. Innani
anallahu la ilaha ila ana fa’budni wa aqimu al-sholata lizikri: Sesungguhnya
Akulah Allah. Tidak ada tuhan, melainkan Aku. Oleh karena itu, sembahlah Aku,
dan dirikanlah shalat, untuk mengingat Aku. (Q.S Thaha 20:14)
Saya, tuan, puan serta
encik-encik sekalian, mari segera berobat. Mari sembuhkan hati yang sakit.
Mari.
Wallahu a’lam.
(Tulisan ini pernah dimuat di lamanriau.com pada 22/01/2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar