Kamis, 28 Juli 2016
Beradablah dalam Haji...
Griven H. Putera
Beradablah dalam Haji...
Tak sampai sebulan lagi, jemaah calon haji dari provinsi Riau akan berangkat ke tanah suci tahun ini. Kalau tak ada aral, pada tanggal 9 Agustus rombongan pertama akan menuju Batam, dan pada 10 Agustus berangkat ke Madinah.
Menurut data Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Provinsi Riau, jumlah jemaah haji Riau yang berangkat tahun ini sebanyak 4008 orang. Jemaah Pekanbaru 1.205, Kampar 498, Bengkalis 424, Inhu 169, Inhil 397, Dumai 205, Rokan Hulu 236, Pelalawan 300, Kuansing 163, Siak 179, Rokan Hilir 177 dan Meranti 55 orang. Sedangkan calon jemaah haji yang sudah melunasi hingga 20 Juli 2016 sebanyak 3925 orang, yang tidak melunasi sebanyak 83 orang. Sementara jemaah cadangan sejumlah 201 orang.
Galibnya seorang calon jemaah haji, maka akan banyak persiapan yang mesti dilakukan ketika akan melakukan rihlah atau perjalanan ke tanah suci. Rihlah atau perjalanan haji ini sungguh tidak sama dengan rihlah biasa. Ini merupakan rihlah untuk meneguhkan keislaman seseorang karena merupakan rukun Islam. Artinya, semakin lengkaplah seseorang menjadi muslim atau muslimah jika ia mampu melakukan ibadah haji seseuai dengan tuntunan Allah Swt dan Rasul-Nya.
Ibadah haji merupakan ibadah fisik dan psikis. Ibadah yang memerlukan kekuatan jasmaniyah, ruhaniyah dan fulisyah (uang). Untuk itu hal-hal tersebut perlu diperhatikan. Perlu menyiapkan fisik, psikis dan keuangan dengan serius. Jika salah satu dari itu bermasalah maka akan dapat mengganggu jalannya proses ibadah di tanah suci.
Perjalanan ibadah haji membutuhkan fisik yang prima. Dengan fisik yang baik maka semua proses perjalanan dapat dilakukan bakal berjalan sempurna. Untuk itu setiap jemaah perlu menyiapkan fisiknya. Maka diperlukan menjaga kebugaran tubuh melalui olahraga ringan seperti jalan pagi dan kegiatan lainnya. Selain itu juga menjaga pola makan jangan sampai asupan makanan bakal menumpuk berbagai penyakit yang membuat si jemaah sulit melakukan aktifitas selama beribadah.
Selain menyiapkan fisik yang prima, seorang calon jemaah haji perlu menyiapkan psikis atau persiapan rohani yang baik. Psikis di sini dapat bermaksud sebagai mental yang kuat, semangat yang stabil untuk berupaya melakukan kegiatan ibadah dengan sungguh-sungguh. Lebih daripada itu adalah menyiapkan mental ruhaniyah. Bicara ruhaniyah tentu tak dapat lepas dari hari hati. Maka menjaga hati dan memeliharanya agar tetap tulus, jujur dan mengikuti kehendak Ilahi perlu dilakukan.
Kini, bagi jemaah haji, waktu menata hati rasanya belumlah terlambat. Belajarlah menerima takdir, menerima ketentuan Ilahi dengan jiwa terbuka. Belajarlah memaafkan kesalahan orang lain dan membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Sediakan waktu sejenak untuk belajar tersenyum. Belajarlah bersedekah dan berinfak agak lebih agar ketamakan dapat berangsur hilang dalam jiwa sehingga menjadi orang yang dermawan. Belajarlah untuk tidak bersifat dengki, iri dan hasad dalam hidup. Jangan merasa senang ketika melihat orang dalam kesusahan. Jangan merasa susah melihat orang lain ketika dalam kesenangan. Belajarlah untuk bersabar dalam kondisi apapun. Dengan bersabar maka apapun kerumitan yang akan menimpa bakal dapat diselesaikan. Wastai’nuu bi al-shabri wa al-sholah. Minta tolonglah dengan bersabar dan sholat.
Pergi ke tanah suci pada intinya pergi berguru kepada Sang Maha Guru yaitu Allah Swt. Sebelum berguru, seorang murid mesti tahu siapa yang bakal menjadi gurunya. Mulai namanya, sifatnya, kesukaannya dan hal-hal lain yang menyangkut tentang gurunya tersebut.
Allah Swt merupakan Zat Yang Maha Suci. Bagaimana seseorang dapat menerima pelajaran dari sang maha guru kalau seseorang masih diilputi kekotoran, terutama kekotoran batinnya padahal gurunya adalah Zat Maha Suci? Untuk itu, qad aflaha man zakkaaha wa qad khooba man dassaaha; sungguh beruntunglah orang menyucikan dirinya dan sungguh merugilah orang-orang yang mengotorinya.
Jangan pernah merasa hebat supaya diberi kodrat. Jangan penah merasa sok kaya supaya diberi hidayah. Jangan pernah merasa sok berpangkat supaya mendapat rahmat dan berkat.
Rasakan orang seiman dan segama dengan kita sebagai saudara karena itu merupakan bagian dari upaya untuk mudah menerima kuliah dari Allah.
Selain itu, para jemaah haji yang berangkat ke tanah suci merupakan dhuyuf al-rahman (tamu Allah yang Maha Pengasih). Adat menjadi menjadi tamu adalah menghormati ahl al-bait (tuan rumah). Setiap rumah, setiap tempat ada adabnya, ada tata kramanya. Untuk itu, sebagai seorang tamu yang Maha Agung, seorang jemaah harus tahu apa aturan di rumah yang akan dikunjunginya itu.
Pergi kepada dua tanah haram (Mekkah dan Madinah) bukan pergi melancong layaknya menuju kota Paris, Amsterdam atau London. Jangan foto-foto selfi di depan ka’bah bagai berfose di depan menara visa. Jangan bergurau dan berdiskusi di Mekkah dan Medinah bagai di halaqah kedai kopi. Hormati tanah suci, terutama pemilik tanah suci itu. Perbanyaklah bersyukur karena telah menjadi tamu al-Rahman. Perbaiki diri ketika berada di tanah suci hingga sampai diri dijemput mati.
Pergi ke tanah suci adalah pergi dalam rangka mengenali diri. Siapa kita, darimana, di mana dan akan kemana kita nanti. Semua ujian, cobaan dan rahmat yang ditemui jemaah di tanah suci nilainya adalah sama, yaitu sebagai ujian. Untuk itu berhati-hatilah. Jangan bangga ketika dimuliakan. Jangan sedih jika dihinakan. Berbahagialah dalam kondisi apapun. Bermohon ampunan kepada Allah Swt teruslah lakukan. Menharap ridha Allah Swt harus terus diazamkan. Jangan bawa proposal duniawi macam-macam ketika berada di tempat-tempat yang diijabah. Apa ada harga emas segunung jika napas sudah tersekat di tenggorokan? Adakah harga mobil mewah ketika munkar dan nakir datang bersua? Adakah guna pangkat dan jabatan ketika matahari jaraknya hanya tinggal sehasta?
Untuk itu siapkan bekal. Watazawwaduu, fa inna khaira al- zaad al- taqwa ; Berbekallah, maka sebaik-baik bekal adalah takwa. Semoga puasa Ramadhan dan puasa Syawal yang lalu benar-benar membuat kita dan calon jemaah haji yang akan berangkat ke tanah suci menjadi orang yang bertakwa sebagai bekal menghadap Ilahi. Wallahu a’lam.
Pernah dimuat di Koran Riau, Jumat, 22 Juli 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar