Kamis, 28 Juli 2016

Diam Bersama Tuhan

Kaifa tahruku laka al-‘awaid wa anta lam tuhrik min nafsika al-‘awaid. (Ibnu Athaillah As Sakandari) How can the laws of nature be ruptured for you so that miracles result, while you part, have yet to rupture your bad habits? “Bagaimana mungkin dikau mau mendapatkan hal yang luar biasa, sedangkan dirimu belum mengubah kebiasaan burukmu?” Pada bulan Ramadhan, orang akan meraih banyak hal luar biasa jika ia memanfaatkan saat-saat pada bulan tersebut dengan melakukan perbuatan-perbuatan luar biasa. Namun seberapa banyak yang mampu melakukan hal luar biasa pada bulan itu? Keluarbiasaaan apa saja yang akan diperoleh manusia selama bulan Ramadhan? Di antaranya pada bulan Ramadhan ada hal yang sangat luar biasa dijumpai dan diraih mukmin, yaitu munculnya suatu malam di mana nilai ibadah pada malam itu sama dengan seribu bulan, yang jika dijumlahkan berkisar sampai 83 tahun lamanya. Malam itu dikenal dengan malam Lailat al-Qadr. Untuk mendapatkan itu, Rasulullah Saw dengan para sahabatnya memburu malam tersebut dengan melakukan hal luar biasa, yaitu fokus berdiam diri di mesjid yang dikenal dengan istilah I’tikaf. Allah Swt berfirman pada ayat 187 surat Al-Baqarah: “…Wa antum ‘akifuna fi al-masajid…” (…Kamu beriktikaf di mesjid-mesjid…) Menurut sebuah hadits yang dirawikan oleh Imam Al-Bukhari, pada suatu ketika Rasulullah Saw melakukan I’tikaf di mesjid pada sepuluh hari pertama di bulan Ramadhan, prilaku Rasulullah Saw tersebut pun diikuti para sahabat. Ternyata Rasulullah dan sahabat tidak menemukan Lailat al-Qadr tersebut pada sepuluh hari pertama, lalu dilanjutkan pada paruh sepuluh hari kedua. Namun juga tidak ditemukan. Pada malamnya Rasulullah Saw bermimpi bahwa lailat al- qadr muncul pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Rasulullah pun naik ke mimbar dan menyampaikan berita tersebut kepada sahabat bahwa lailat al-qadr akan tiba pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.” Hadits lain menyebutkan, dari ‘Aisyah ra katanya: “Sesungguhnya Nabi Saw i’tikaf pada tiap-tiap sepuluh yang akhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Kemudian istri-istri beliau meneruskan i’tikaf seperti itu sesudah beliau wafat.”(HR.Muslim) Dari ‘Aisyah ra, ia berkata: “Apabila telah masuk sepuluh yang akhir pada bulan Ramadhan, Nabi saw lebih giat beribadah pada malam-malamnya. Beliau membangunkan keluarganya dan beliau lebih tekun. Beliau kencangkan ikat sarungnya (menjauhi istrinya untuk lebih mendekati Allah?).” (HR.Muslim) Adapun hakekat dari i’tikaf itu ialah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Abbas RA, bahwa Rasulullah Saw bersabda kepada para mu’takifin (orang orang yang beritikaf): “Orang yang beri’tikaf itu, dia berhenti melaksanakan dosa-dosa, dan pahala amal yang biasa dikerjakan sebelum dia beri’tikaf akan mengalir terus kepadanya.” (HR. Ibnu Majah) I’tikaf hendaknya diisi dengan berbagai ibadah kepada Allah Swt. Ibadah yang biasa dilakukan selama iktikaf adalah: pertama, memperbanyak shalat sunat. Memperbanyak shalat saat i’tikaf amat dianjurkan.”Shalat merupakan hubungan langsung antardua pihak, yakni seorang hamba dengan Khaliknya. Terlebih, shalat adalah tiang agama dan rukun Islam yang paling utama. Kedua, memperbanyak interaksi dengan Alquran. Dengan membaca, mempelajari dan memnacri makna bathin Alquran, hati akan tenang dan jiwa tentram. Terlebih, pahala membaca Alquran juga amat besar. Orang banyak membaca Alquran mandapat jaminan untuk mendapatkan syafaat di hari akhir kelak. Rasulullah Saw bersabda, ‘’Bacalah oleh kalian Alquran. Karena sesungguhnya Alquran itu akan datang menghampiri kalian di hari kiamat sebagai syafaat.’’ (HR Muslim). Ketiga, memperbanyak zikir. Orang yang i’tikaf dianjurkan untuk memperbanyak zikir, seperti bertasbih, tahmid, tahlil, istighfar, dan sebagainya. Menurut para ulama, zikir merupakan salah satu ibadah khusus untuk bertaqarub kepada Allah Swt. Allah Swt berfirman, ‘’Oleh karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu; bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.’’ (QS Al-Baqarah: 152). Keempat bershalawat. Amalan lain yang dianjurkan bagi orang yang beri’tikaf adalah memperbanyak shalawat kepada Rasulullah Saw. Bershalawat menjadi salah satu sebab turunnya rahmat Allah Swt. ‘’Siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah memberinya rahmat sepuluh.’’ (HR Muslim). Keenam, mengurangi hubungan dengan orang banyak. Pada saat i’tikaf dianjurkan untuk mengurangi kontak momunikasi dengan banyak orang. Berkomunikasi lebih banyak dengan Allah, dengan cara berdiam diri dan merenungi diri, bermunajat kepada-Nya, merenungi kebesaran-Nya serta bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikanNya. Menurut para ulama, lebih disukai, jika i’tikaf telah selesai, mu’takifin (orang yang beri’tikaf) berdiam diri pada malam menjelang Idul Fitri. Kemudian, keesokan harinya keluar dari mesjid tempat i’tikaf menuju tempat shalat Idul Fitri. Dengan demikian, dia telah menyambung dari satu ibadah ke ibadah yang lainnya. Rasulullah Saw bersabda, ‘’Barangsiapa bangun (untuk beribadah) pada dua malam I’d dengan mengharapkan pahala dari Allah Swt, maka Allah Swt tidak akan mematikan hatinya pada saat dimatikannya semua hati.'' Jadi, Lailat al-Qadr adalah hal yang istimewa dan luar biasa. Datangnya pun pada bulan yang istimewa dan luar biasa, yaitu di akhir pengujung Ramadhan, dan di tempat yang luar biasa yaitu mesjid, karena tempat beri’tikaf hanya di mesjid. Alhasil, jika ingin mendapatkan sesuatu yang luar biasa, maka lakukanlah hal-hal yang luar biasa dalam bulan Ramadhan ini agar suatu ketika dapat pula menjadi orang ‘luar biasa’ karena diberi rahmat oleh Allah Swt dengan cara berdiam bersama Tuhan dengan melakukan i’tikaf di mesjid pada akhir bulan Ramadhan ini. Semoga saya dan pembaca budiman sekalian mampu mencobanya. Kalau tidak dimulai sekarang lalu kapan lagi? Siapa yang dapat menjamin umur sampai di Ramadhan tahun depan? Wallahu ‘alam. (Griven H. Putera) Pernah dimuat di Koran Riau, Jumat, 24 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar