Kamis, 28 Juli 2016
Pasar Wisata Ramadhan
Ramadhan ini benar-benar bulan penuh dengan keberkahan. Bukan saja bagi orang mau melaksnakan ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah di siang dan malamnya tapi juga bagi orang lain yang tidak melakukan apa-apa. Bahkan bagi non muslim pun mendapat curahan atas datangnya bulan ini.
Salah seorang teman sekantor saya yang non-muslim pun katanya berbahagia ketika datangnya bulan Ramadhan ini disebabkan beberapa hal, di antaranya; pertama karena Tunjangan Hari Raya (THR) keluar sebelum idul fitri. Sementara bagi agama mereka, tunjangan hari raya tersebut tak ada walaupun mereka punya hari raya juga. “Walaupun kaum muslim yang berhari raya, berkah dari Ramadhan ini kami dapatkan juga. Kami dapat THR juga,” katanya sambil tertawa gembira.
Kedua, anak-anaknya pun, menurutnya, bila petang datang di bulan Ramdhan ini, maka mereka akan berselonjak hendak menjejak kaki di pasar kaget Ramadhan untuk mencicipi bermacam bagai penganan walau pun mereka tak berpuasa. Mereka ingin mencicipi aneka kuliner yang dijual selama musim Ramadhan.
Selain memberi kegembiraan bagi non-muslim tadi, kehadiran pasar Ramadhan juga mendatangkan pintu rezeki baru bagi penjual, atau pedagang, baik pedagang makanan maupun pedagang kembang api.
Selama Ramadhan banyak bermunculan kuliner jenis lama maupun baru, baik tradisional maupun modern. Orang yang selama ini tidak berjualan, tiba-tiba selama Ramadhan sibuk menjadi pedagang. Dan semua itu tentunya memudahkan bagi penduduk muslim yang melakukan puasa sebagai santapan dalam talam saat berbuka, balik tarawih dan ketika makan dinihari (sahur).
Sungguh, macam-macam penganan, baik tradisional maupun modern dapat dicicipi dengan mudah di pasar rakyat ini. Akan tetapi kaum muslim atau konsumen juga harus berhati-hati terhadap adanya makanan yang non-higienis yang mengandung borax, formalin, rodamin B dan lain sebagainya. Tentulah memantau dan meneliti ini menjadi kerja khusus bagi pihak Dinas Kesehatan dan Dinas Pasar, Balai BPOM serta lembaga yang terkait agar kehadiran pasar Ramadhan ini benar-benar menjadi berkah, bukan malah menambah penyakit baru yang menyengsarakan masyarakat.
Melihat fenomena tersebut, sejatinya pemerintah meneruskan semangat pasar rakyat tersebut selama dan sesudah Ramadhan karena akan menambah pendapatan masyarakat, menambah tenaga kerja dan memudahkan konsumen dalam menikmati kuliner tertentu. Akan tetapi ini diperlukan manjemen modern yang tentu saja menyejahterakan pedagang dan masyarakat sekitar.
Keberadaan pasar Ramadhan ini, hemat saya elok juga dikembangkan di kampung-kampung karena yang terlihat selama ini, eforia pasar Ramadhan hanya marak di kota-kota. Di kampung-kampung Melayu kini, jangankan pasar Ramadhan, pasar mingguan atau pekan pun terkadang ada yang belum punya. Dengan tidak terdapatnya pasar ini juga bersangkut kait dengan produktifitas penduduk. Motivasi mereka bercocok tanam dan memproduksi produk tertentu akan berkurang karena biaya yang ditimbulkan akibat membawa hasil kebun mereka ke kota memakan dana yang juga tidak sedikit. Jadi, jangan sebut Melayu atau orang kampung pemalas, padahal fasilitas untuk memasarkan produk mereka selama ini belum bahkan tidak jelas difasilitasi pemerintah, terutama lembaga yang terkait dengan itu.
Selain itu, bagi suatu kabupaten tertentu, pihak Pemkab dapat membuat pasar Ramadhan yang khusus menjual kuliner daerah tersebut. Sehingga ini dapat dinikmati masyarakat tempatan serta menjadi tujuan wisata yang menjadi salah satu kebanggaan daerah tersebut. Dengan ini, maka semangat berwiraswasta masyarakat kampung dapat ditingkatkan untuk mewujudkan peningkatan ekonomi mereka.
Selain itu, kehadiran pasar Ramadhan ini, jika dikelola dengan baik akan menjadi objek wisata tersendiri bagi pengunjung sebelum masuknya waktu berebuka puasa. Atau sebagai tempat untuk “melengah puasa” sebelum berdentungnya beduk berbuka. Tapi, selama ini akibat tidak ditata dengan baik, di suatu tempat, malah kehadiran pasar Ramadhan ini membuat jalan raya menjadi macet, sampah berserak dan menyusahkan pengguna jalan.
Jadi, hemat saya, pemerintah, terutama Dinas Pasar hendaknya memandang kehadiran pasar Ramadhan ini sebagai upaya yang mengandung inspirasi untuk menciptakan pasar-pasar baru di pelosok dusun, parit dan kampung di Provinsi Riau yang ditata dengan pikiran jernih dan ketulusan hati nurani. Selain untuk meningkatkan ekonomi rakyat, juga menjadi objek wisata. Selain menambah pundi rezeki tapi juga menuai berkah. Sehingga kemajuan merata lahir dan batin yang dicita-citakan selama ini benar-benar dirasakan semua pihak, bukan hanya menumpuk di satu tempat dan kelompok tertentu saja. Ya, kemajuan yang penuh dengan keberkahan.
(By Griven H. Putera)
Pernah dimuat di Koran Riau, Jumat 10 Juni 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar