Kamis, 28 Juli 2016
Sehat Islami?
Griven H. Putera
Sehat Islami?
Luar biasa! Itulah kata yang paling tepat diungkapkan ketika mendengar kabar bahwa ada manusia hanya dua kali menderita sakit selama 63 tahun hidupnya. Siapakah manusia itu? Dialah manusia yang dikenal dengan sebutan insan al-kamil, yaitu nabi Muhammad Saw; imam segala rasul, penutup semua nabi.
Kapan ia sakit pertama kali? Yaitu ketika seorang perempuan Yahudi datang meracuninya, dan kedua, ketika ia sakit sebelum balik ke pangkuan Ilahi.
Kesehatan yang dimiliki nabi bukan hanya jasmani tapi juga sehat rohani. Bila dilihat dari kenyataan di atas bahwa nabi pernah sakit itu hanya sakit jasmani akan tetapi beliau tak pernah sakit ruhani karena ia merupakan bapak ruh (ab al-arwah).
Apa yang membuat Nabi Muhammad Saw tak pernah mengalami banyak sakit? Di antaranya karena pengamalan ruhaninya sempurna. Pengamalan ruhani itu tentu dimulai dari iktikadnya, dari tauhidnya. Bahwa sesuatu tak akan memberi mudarat sedikitpun kecuali dengan izin Allah. Mungkinkah Allah Swt akan memberi mudarat kepada manusia yang paling disayanginya? Tentu tidak.
Kenapa Allah Swt menyayangi nabi dengan sayang yang amat? Karena Ia sendiri yang memilihnya sebagai kekasih. Selain itu karena nabi sendiri melakukan semua yang diingini oleh Kekasihnya. Sampai-sampai kakinya menjadi bengkak hanya karena melakukan shalat malam.
Kalau manusia kini merasa menjadi hamba Allah, sudahkah ia berprilaku sebagai seorang budak di depan Tuhannya? Ataukah ia selalu diperbudak oleh nafsu berupa penghargaan, pangkat, jabatan, harta dan semua yang bersifat bendawi?
Nafsu membuat manusia sakit secara jasmani dan rohani. Manusia yang mengikuti keinginan nafsu perutnya maka penyakit akan banyak mendatanginya karena perut merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit jasmani. Maka Rasulullah Saw sedikit makan dalam hidupnya. Ia selalu melaksanakan shaum dan shiyam.
Sebenarnya, perbedaan Rasulullah Saw dengan manusia kini sedikit saja. Kalau Rasulullah Saw sedikit makannya, sedikit tidurnya, manusia kini sedikit-sedikit makan, sedikit-sedikit tidur. Banyak makan dan banyak tidur juga merupakan penyebab berbagai penyakit.
Bila dilihat dari berbagai hadits, yang terdiri dari perkataan, perbuatan, tingkah laku nabi, maka akan ditemukan banyak hal yang dilakukan sehingga ia menjadi sehat sepanjang hayatnya.
Dari beberapa hadits tersebut ternyata nabi dalam hidupnya selalu menjaga kesehatan fisik dan psikisnya. Nabi selalu berwudhu, menggosok gigi (siwak), mandi, dan upaya pembersihan lahiriyah diri lainnya. Selain itu, nabi juga sangat peduli dengan kesehatan ruhaninya. Ia selalu melakukan puasa. Ia juga misalnya melakukan zikir dalam rangka membersihkan hatinya. Karena penyakit hati lebih berbahaya daripada penyakit fisik lainnya. Di antara tindakan nabi dalam memelihara hatinya adalah dengan melalui zikir sebagaimana disebutkan bahwa ala bizikr Allah tathmainn al-qulub. Ingat dengan zikir kepada Allah hati menjadi tenang.
Selain itu, Rasulullah Saw juga selalu menjaga waktu sepertiga malam, di mana udara yang paling bersih kabarnya adalah pada saat itu. Nabi melakukan shalat tahajud dan ibadah lainnya pada saat-saat udara murni tersebut.
“Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Wahana pendekatan diri kepada Allah SWT, penghapus dosa dan pengusir penyakit dari dalam tubuh”. (HR at-Tirmidzi).
Rasulullah Saw juga menjaga makanannya agar selalu halal dan thayib (baik). “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS: Al Maidah: 88).
“Tutuplah tempat-tempat makanan, tempat-tempat minuman karena sesungguhnya di dalam setahun ada sebuah malam yang turun di dalamnya wabah penyakit tidak dia melewati sebuah tempat makanan atau minuman yang tidak tertutup, atau tidak ada penghalang di atasnya melainkan turun di dalamnya dari wabah penyakit tersebut.” (HR. Muslim).
Sehat ala Nabi Muhammad Saw mencakup bidang penyembuhan, pencegahan, cara hidup sehat Rasul, keadaan mental, serta spiritual karena thibb al-nabawi berjalan tidak hanya pada jasmani saja tapi juga pada ruhani. Sepertinya, secara garis besar pengobatan thibb al- nabawi memiliki tujuan preventif dan kuratif, baik secara lahiriyah, terutama bathiniyah. Wallahu a’lam.
Pernah dimuat di Koran Riau, 29 Juli 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar