Senin, 20 Oktober 2014

Dialahkan Sang Sapurba


Novel Sang Sapurba dimulai dengan suasana di rumah Datuk Bandar. Malam itu Wak Kadih hendak membaca Koba Sang Sapurba. Cuacana kurang bersahabat.

Sang Sapurba adalah orang asing yang dirajakan di tanah Melayu (bisa dibaca: Riau) karena orang Melayu kebanyakan lebih percaya pada kehebatan orang asing ketimbang orang kampungnya sendiri.
Hal itu ditunjukkan Demang Lebar Daun yang mengangkat Sang Sapurba sebagai raja.

Dalam novel yang berjudul Dikalahkan Sang Sapurba ini, Ediruslan menyamakan Demang Lebar Daun dengan Datuk Bandar Mahato (Wali Desa).
Pada awalnya novel ini bercerita mengenai percintaan antara Aisyah (Melayu) dan Ahmad (Jawa Trans). Namun cinta ini tampaknya kandas karena Aris anak Haji Dahaman melamar Aisyah. Aisyah tak berdaya.
 
Pada bagian kesembilan baru dimulai tentang Tri Gondo pengusaha yang hendak membuka usaha di Mahato. Tri Gondo dekat dengan Pak Suto, penguasa Riau kala itu.

Tri Gondo punya staf humas orang Riau sendiri bernama Darmawan yang kebetulan berteman dengan Aris, anak Haji Dahaman tunangan Aisyah. Darmawan dan Aris berteman ketika mereka sama-sama merantau ke Malaysia dahulunya.

Tri Gondo amat bernafsu membuka kebun sawit di Riau. Dan lahan yang cukup menurut peta Tri Gondo ada di Mahato. Melalui Aris, Darmawan menghubungi Datuk Bandar. Aris rupanya keponakan Datuk Bandar yang dahulunya secara diam-diam telah ditunangkan dengan Rohani anak Datuk Bandar. Tapi setelah pulang dari Malaysia, Aris malah ditunangkan orangtuanya dengan Aisyah. Keluarga Datuk Bandar kecewa sangat dalam hati (mereka diam-diam menyimpan dendam).
Ketika Aris mendatangi Datuk Bandar dan menceritakan keinginan Tri Gondo, Datuk Bandar senang. Kebahagiannya itu disebabkan, pertama ia akan semakin kaya, kedua ia dapat kembali mengambil Aris dari Aisyah anak Orang kaya Gemang. (upaya membalas dendam).

Datuk Bandar dan Aris pun menjadi kaki tangan Tri Gondo untuk mendirikan perkebunan sawit di Mahato.

Di Mahato sendiri terjadi pro dan kontra antara yang mau dan tak mau menyerahkan lahan kepada Tri Gondo. Yang tak mau menyerahkan lahan kepada pihak Tri Gondo itu termasuk Orang Kaya Gemang; ayah Aisyah.

Akhirnya Datuk Bandar dan Aris bekerja keras meloby masyarakat dan tokoh adat tapi tak berhasil. 600 KK prsyaratan yang ditargetkan Tri Gondo hanya terpenuhi 400 KK. Karena Datuk Bandar dan Aris tak berhasil membujuk lahan masyarakat yang tak mau ikut, akhirnya Tri Gondo membuat keputusan untuk menambah lahan sendiri dengan cara memababat kebun getah masyarakat.

Datuk Bandar dan Aris panik akibat laporan masyarakat. Lalu terjadilah pertentangan antara pekeja Tri Gondo dengan masyarakat Mahato. Camat pun turun tangan.

Sepulang dari lahan yang dikelola Tri Gondo, karena kesal masyarakat Mahato membabat bibit sawit yang baru ditanam perusahaan Tri Gondo.

Mendengar kabar tak menyenangkan itu, Tri Gondo mengamuk dan mengerahkan pekerjanya mengejar masyarakat. Lalu terjadi perkelahian hebat. Setelah terjadi sekian lama, camat dan polisi berhasil mengamankan perkelahian itu tapi tiba-tiba saja sebagian rumah penduduk terbakar malam itu. Rupanya termasuk juga rumah Orang Kaya Gemang; rumah Aisyah. Dan Aisyah akhirnya meninggal dunia bersama beberapa penduduk yang lain.

Usai tragedy Mahato tersebut, Orang Kaya Gemang meninggalkan kampung Mahato.
Rupanya  Aris menikah dengan Rohani; anak pamannya yang merupakan Datuk Bandar tersebut.
Sehabis kejadian Mahato tersebut, Tri Gondo tetap beroperasi di kampung tersebut. Kebun masyarakat yang dibabat tidak mendapat ganti rugi kecuali Datuk Bandar dan Aris yang masing-masing mendapat 10 hektar.  Sebagian orang kampung ingin pula menutut ganti rugi kepada Tri Gondo. Mereka mengajak Orang Kaya Gemang. Tapi ayah Aisyah tersebut tak bersedia.

Cerita ini ditutup dengan suasana di rumah Orang Kaya Gemang sehabis salat Isya. Lelaki yang telah kehilangan anak gadisnya tersebut tiba-tiba ingat suasana kebakaran di Mahato tempo hari. Ia tiba-tiba yakin ucapan pekerja Tri Gondo yang mengatakan kalau mereka bukanlah pembakar rumah Orang Kaya Gemang dan lain-lain. Orang Kaya Gemang makin yakin ucapan para pekerja itu tidak berbohong. Ia kini sadar dan berkeyakinan kalau yang membakar rumahnya adalah Datuk Bandar, disebabkan, pertama karena ingin merebut Aris dari Aisyah. Kedua, karena ia (Orang Kaya Gemang) dan 200 KK penduduk yang lain tidak bersedia menyerahkan lahan mereka kepada Tri Gondo.

Novel setebal 172 halaman tersebut ditutup Ediruslan dengan: Sekarang dia percaya bahwa mandor itu berkata benar. Apakah tidak mungkin kebakaran itu, terutama rumah dan anak gadisnya, dilakukan oleh datuk Bandar bersama pengikutnya agar impian ‘pinang pulang ke tampuk, sirih pulang ke gagangnya’ seperti yang dikatakan penduduk Mahato itu menjadi kenyataan. Dan semuanya sudah pulang. Tak hanya Aris kembali ke Rohani, tapi juga Aisyah kembali ke Khaliknya.
Hanya saja bedanya, yang pertama menghapus arang di kening, sementara yang kedua menjadi tumbal keserakahan, ambisi dan harga diri.

“Astaghfirullahal ‘azim., ampunilah dosa-dosa kami ya Allah,” ucap Orang Kaya Gemang dalam hati sembari bersujud ke sajadahnya yang sudah tua. (ghp)    

(Pernah dimuat di Koran Riau pada 2014)

Oleh Griven H. Putera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar