Alquran huwa kalam Allah almu’jiz al-munazzal ‘ala
qalbi muhammadin SAW al-manqul bi al-tawattiri al-muta’abbad bitilawatih.
“Alquran adalah ucapan-ucapan Allah yang merupakan
mu’jizat, diturunkan ke dalam hati nabi Muhammad Saw. disampaikan secara
mutawatir (valid), membacanya sebagai ibadah. “ (Ini definisi Alquran menurut
Subhi As Sholih, pakar Ulumul Quran).
Bulan Ramadan, di samping disebut bulan puasa,
bulan ini juga merupakan bulan Alquran karena kitab suci umat Islam diturunkan
Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. melalui Jibril AS pada bulan ini. Akibat
itu, maka umat Islam merayakan dan menakzimkan Alquran pada bulan ini. Mulai
subuh hingga subuh lagi Alquran dibaca, ditelaah, dikaji dan dibahas panjang
lebar baik di surau, mesjid, radio, televisi, koran, majalah sampai dunia maya.
Dan Alquran tidak saja dibicarakan ulama tapi oleh semua pihak. Dunia muslim
mengharu biru selama Ramadan oleh Alquran. Tapi timbul pertanyaan, apakah
Alquran hanya setakat diceramahakan, dibahas, ditafsirkan, dibahas, dipuisikan
dan lain-lain tanpa diamalkan hingga tercermin bahwa muslim merupakan pembawa
bendera rahmatan lil ‘alamien?
Secara sederhana, ada beberapa kata kunci dalam
definisi yang dibuat Subhi As-Sholih di atas yang perlu didedahkan di sini:
Pertama, Alquran merupakan kalam atau ucapan; perkataan;
ungkapan Allah Swt. Jadi, kalau ingin bicara atau ingin berkomunikasi dengan
Allah Swt, maka bacalah Alquran. Soal sejauh mana intensnya komunikasi
tergantung pada sejauh mana riyadhah
atau latihan olah batin sang manusia tersebut.
Kedua, Alquran merupakan mukjizat sepanjang masa. Jadi,
walaupun Nabi Muhammad Saw sudah pergi tapi mukjizatnya masih tertinggal di
tengah umat manusia hingga kini. Tapi tentu saja, tidak semua orang paham dan
mampu menjadikan Alquran tersebut sebagai “mukjizat”. Bagi yang mau mengikuti
perintah Allah Swt dan Rasulullah Saw, insya Allah ‘mukjizat’ itu masih ada.
Bisa berupa karomah dan ma’unah. Tapi bentuknya berubah, kalau dulu bisa
berbentuk hal-hal mistik, kini dapat berupa menguasai kemajuan bidang teknologi
sekarang ini.
Ketiga, Alquran itu diturunkan Allah swt. kepada qalb
atau hati nabi Muhammad Saw. melalui Jibril AS. Jadi, Alquran akan mempengaruhi
manusia yang memelihara hatinya. Jika hatinya dipenuhi debu kekotoran maka
Alquran tak akan memberi bekas padanya walaupun mungkin ia hafal kitab suci
tersebut. Jadi, kunci mendapatkan berkah Alquran adalah dengan penataan hati
yang maksimal. Buang sifat mazmumah yang beristana di hati. Sifat tersebut
seperti, hasad, dengki, khiyanat, dendam dan sejumlah penyakit batin
lainnya. Jadi, inti dari kata la
yamassuhu illa al-muthahharun adalah penyujian hati. Orang yang belum suci
hatinya jangan sentuh Alquran. Walaupun menurut ulama fikih, yang tak boleh
menyentuh Alquran tersebut adalah orang sedang berhadats dan bernajis. Tapi bagi
sebagian kaum sufi, suci itu bukan saja suci zahir tapi suci batin. Sampai-sampai,
mereka pun akan memelihara kesucian itu sebelum mendirikan salat dan berbagai ibadah
yang lain. Karena Allah Swt. itu adalah zat yang Maha Suci, maka berkomunikasi
dengan Yang Maha Suci itu dengan mensucikan diri terlebih dahulu. Suci lahir,
suci batin.
Keempat, Alquran diturunkan secara
mutawatir atau valid. Ia datang bukan serupa dongeng atau kisah-kisah legenda direkayasa
sedemikian rupa oleh sang pengarang. Proses turun-Nya Alquran kepada Rasulullah
Saw. sangat jelas, yaitu melalui perantaraan Jibril AS. La raiba fiihi li al-muttaqin. (Tak ada keraguan sedikit pun dalam
hati orang-orang yang bertakwa). Jadi, hanya orang-orang yang haq al yakin dengan validitas Alquran saja
yang akan mendapat lautan indahnya makrifat Alquran tersebut. Kalau ada keraguan
tentang Alquran setitik saja dalam hati, baik dari proses turun, apalagi
isinya, maka Alquran akan membisu. Ia akan menjadi buku bukan apa-apa bagi
orang percaya separuh hati. La raiba fiihi
li al-muttaqin. Yakinilah dengan sehak-haknya bahwa Alquran itu kitab maha
sempurna.
Kelima, membaca Alquran terssebut
merupakan wujud penyembahan kepada Allah Swt. jadi, salah-satu bukti menjadi
abid sejati adalah dengan selalu membaca Alquran, baik si pembaca mengerti
makna atau tidak. Tapi tentu saja lebih baik, yang dibaca itu dimengerti dan
dipahami sehingga hati benar-benar merasa betapa takjubnya Alquran tersebut. Maka,
tingkat wawasan, pengalaman dan pergulatan batin yang intens terhadap Alquran
akan menentukan seberapa besar khasiat Alquran bagi pembacanya.
Bicara Alquran sesungguhnya bukan hanya berkutat pada
persoalan membaca, mengkaji, menelaah, menghafal, menafsirkannya, dan memahami
makna batin dari kitab mulia ini tapi yang lebih penting adalah mengamalkan
nilai agung kitab tersebut dalam kehidupan. Menjadikan nilai Alquran tersebut
sebagai matahari di kala siang, dan menjadikannya sebagai bulan ketika malam
gelap gulita. Sehingga pewaris kitab samawi terakhir tersebut benar-benar
menjadi umat pembawa obor kedamaian bagi alam semesta. Umat yang menebarkan aroma
wangi kalam Tuhan.
Mari amalkan nilai luhur Alquran dalam kehidupan ini
sehingga umat Islam benar-benar menjadi penyambung estafet Nabi Muhammad Saw.
yang telah menebarkan bau wangi Islam di jagat raya. Bukan bau kekerasan dan
kaku yang membuat Islam tidak menjadi agama taman indah Ilahi yang dirindukan umat
manusia tanpa sekat suku bangsa, kepercayaan dan warna kulit.
(Pernah dipublikasikan di Majalah Dinamis edisi 103)
By Griven H. Putera
Tidak ada komentar:
Posting Komentar